Diberdayakan oleh Blogger.
place your

ADS here

just call me

Robot Ramah Lingkungan

Written By Agung Setiawan on Minggu, 04 November 2012 | 12:10 PM

Orang cenderung membuang barang yang rusak atau tidak berguna lagi. Tapi buat Evan Driyananda dan Attina Nuraini, barang-barang tersebut bisa jadi media komunikasi yang menembus banyak dimensi.

Dua seniman yang sudah saling mengenal sejak SMA ini memilih jalur berkesenian yang terbilang jarang di Indonesia. Mereka memilih untuk mengubah dan menata ulang berbagai sampah non-organik yang mereka dapatkan. “Istilahnya itu found object atau benda temuan,” kata Evan yang juga merupakan vokalis utama di Morries Chambers Band. 
 
Dua seniman di balik Recycle Experience adalah Attina Nuraini (kiri) dan Evan Driyananda. 
Keduanya memulai proyek yang mereka sebut Recycle Experience, disingkat REEXP, sejak masih berkuliah di Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Salah satu karya mereka adalah Teen Toys yang masih dipamerkan dalam ajang Outdoor Sculpture Exhibition “Alam Patung” di Bale Pare, Kota Baru Parahyangan, Kabupaten Bandung Barat, hingga 21 November mendatang.

Suasana studio Recycle Experience yang dipenuhi karya robot dari benda-benda yang sudah tidak terpakai.
“Ini adalah karya pertama kami untuk di luar ruangan. Ukurannya juga paling besar. Tingginya lebih dari dua meter,” kata Attina.

Karya itu terinspirasi dari mainan anak-anak berupa robot kaleng yang akan berjalan sendiri bila pegas di belakangnya diputar.

Teen Toys
 Sekilas robot yang bagian kepalanya menggunakan corong untuk menuangkan minyak tanah itu memang benar-benar dibalut kaleng. Apalagi warna peraknya yang mengingatkan kita akan kaleng kerupuk.

Badan robot terbuat dari drum oli. Kaki dan lehernya terbuat dari kaleng cat ukuran 25 kilogram. Raut mukanya ramah meski kedua matanya diambil dari gir mesin. Kedua lengan yang tersusun dari bekas kaleng cat sablon dan kaleng susu, tampak siap menyalami setiap orang.

“Robot ini juga yang membuat kami bisa dekat dengan masyarakat di sekitar studio, makanya kami sangat senang dengan karya ini,” kata keduanya.

Attina dan Evan sengaja membuat robot itu di halaman depan studio mereka. Maklum, ukurannya besar. Pemandangan studio di komplek Margahayu Raya, Bandung itu menjadi daya tarik buat tetangga karena banyak kaleng berukuran besar.

Seiring rasa penasaran, satu per satu tetangga dari berbagai usia mulai sering bercakap-cakap dengan Evan dan Attina yang sedang bekerja.

Sama seperti karya lainnya, pembuatan Teen Toys tidak menggunakan sketsa. Bentuk robot itu hanya ada di pikiran Evan atau Attina. Dan mereka langsung menuangkan ide itu dengan cara memotong dan menyambung bahan-bahan yang ada.

Metodenya dengan membuat penahan badan lalu disambungkan dengan barang-barang yang ada. Tak heran pilihan bahan harus kuat, tebal, dan awet. “Semua berawal dari imajinasi,” terang Evan yang gemar mengumpulkan action figure Ultraman. 

Robot kecil yang dibuat dengan bahan dasar botol bekas obat, alat cukur jenggot, dan onderdil motor.
Sikap konsisten membuat karya REEXP diapresiasi banyak pihak. Mulai dari komunitas pendidikan, aktivis lingkungan, hingga galeri-galeri seni. “Malah pernah kami diajak untuk demo di depan Gedung Sate menolak pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah,” ujar Evan sembari tertawa.

Menurut dia, gagasan pelestarian lingkungan memang tidak bisa dilepaskan dari karya REEXP. Meski setiap karya memiliki konsep berbeda, pesan pelestarian lingkungan itu selalu melekat dengannya.

“Mungkin karya kami dianggap lebih fleksibel untuk orang awam, jadi bisa dikolaborasikan dengan banyak hal,” tutur Attina. 

Barang-barang bekas yang belum dirakit menjadi robot tampak menumpuk di bagian belakang studio Recycle Experience.
Atas karyanya, REEXP masuk daftar “10 Green Facebook Fan Pages of Artists Who Make Art From Junk” versi Greenopolis, sebuah situs lingkungan yang berbasis di Amerika pada tahun 2009. Pada tahun yang sama, keduanya dianugerahi “Young Change Makers 2009” dari Ashoka Indonesia.

Selain itu, REEXP juga terpilih sebagai satu dari 20 finalis Bazaar Art Award tahun 2010 lewat karyanya berjudul Manwhelzz.

Ditanya mimpi apa yang belum tercapai lewat REEXP, keduanya menjawab kompak. “Kami tidak ingin terbangun dari mimpi ini.”

Oleh Tarlen Handayani dan Adim
12:10 PM | 0 komentar | Read More

Tak Ada Selebrasi dari RvP


TRIBUNNEWS.COM - Robin van Persie harus menghadapi Arsenal untuk pertama kalinya sejak berseragam Manchester United. Menariknya, sabuah gol langsung diciptakannya saat laga baru berjalan tiga menit. Namun Van Persie memilih untuk tidak melakukan selebrasi, demi menghormati mantan klubnya tersebut.

Van Persie memang masih sangat menghargai Arsenal sebagai klub yang dibelanya selama delapan musim terakhir. Karena itu setelah pertandingan dia pun curhat soal alasan tak melakukan selebrasi itu.

"Ini pertandingan pertama aku menghadapi mantan klub. Pada akhirnya kami menang, dan aku senang. Aku bermain di sana selama delapan tahun, dan memiliki musim-musim fantastis. Aku menghormati manajer, fans, para pemain dan semua yang ada di klub. Karena itu aku tak melakukan selebrasi," tutur Van Persie.

Van Persie juga turut mengomentari jalannya pertandingan di Old Trafford itu. "Ini hari spesial, pada akhirnya kami bisa bermain baik. Kami sedikit lemah dalam memanfaatkan peluang, seharusnya bisa lebih banyak gol. Tapi terpenting kami menang," pungkas dia.
11:55 AM | 0 komentar | Read More