Siapkah Indonesia Menggunakan Teknologi Near Field Communications

Written By Agung Setiawan on Selasa, 28 Juni 2011 | 3:08 PM

Kalau kita lihat sejarah transaksi pembayaran, awalnya dulu sebelum ada kemudahan elektronika seseorang harus mengambil uang dulu ke bank dengan mengantre di loket , sehingga sebagian orang berinisiatif  mengambil uang untuk pemakaian selama jangka waktu tertentu mengingat usaha yang lumayan untuk mengambil sejumlah uang. 

Dengan adanya anjungan tunai mandiri (ATM), di mana-mana usaha untuk mengambil uang menjadi ringan sehingga seseorang cukup mengambil uang untuk jangka waktu pendek. Selain itu ATM mengurangi resiko pemegang uang dari kejahatan pencurian/perampokan/dan lain-lain karena uang yang diambil biasanya lebih sedikit jika dibandingkan dengan mengambil uang di loket bank.

Dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi (TIK), munculah alat pembayaran baru elektronika yang menjadi popular di Indonesia seperti kartu kredit dan kartu debit. Kedua jenis pembayaran tersebut menggunakan kartu pintar yang digosokkan ke terminal pembayaran di toko-toko ketika membayar. Kartu pintar dapat menggantikan uang fisik yang biasanya disimpan di dompet sehingga pengguna kartu pintar dapat terhindar dari tindak kejahatan dan juga pengguna mendapatkan kemudahan, yaitu tidak perlu mengambil uang ke bank atau ATM dan menyimpan di dompet.

Tentunya sistem pembayaran dengan kartu pintar tersebut harus memiliki sistem keamanan yang mumpuni guna menjamin uang pengguna tidak diambil oleh pihak yang tidak berhak atau tidak ada pihak yang mengklaim pembayaran yang tidak pernah dilakukan pengguna. Tanpa adanya penjaminan sistem keamanan pada sistem pembayaran dengan kartu pintar, pengguna tidak akan berminat untuk menggunakannya.

Pada saat ini, selain dompet wajib hukumnya membawa handphone dalam berpergian. Ini memberikan ide bagi inovator untuk menggabungkan dompet dan handphone. Sudah ada layanan inovatif dari mobile provider untuk melakukan pembayaran menggunakan SMS maupun mobile web. Sebuah konsorsium dari produsen-produsen raksasa handphone di dunia akhirnya bekerja sama untuk membuat produk baru untuk menggabungkan dompet dengan handphone dengan nama Near Field Communications (NFC).
Teknologi Near Field Communications (NFC) terbilang cukup baru bagi masyarakat Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Namun President Director Nokia Indonesia Bob McDougall mengklaim pasar Indonesia sudah sangat siap mengadopsi teknologi ini, bahkan menjadi pemimpin secara global.

Diklaim sebagai masa depan telekomunikasi, NFC memungkinkan seseorang menggunakan ponselnya untuk mengakses informasi, menikmati aplikasi hingga melakukan transaksi pembayaran dengan hanya menempelkan perangkat ponsel mereka. Sejumlah firma analisis bahkan memprediksi transaksi NFC akan mencapai puluhan juta dolar.

Penggunaan teknologi NFC secara luas di Indonesia mungkin terasa masih jauh dari jangkauan. Tapi hal itu dibantah oleh Bob. Bukan hanya siap mengadopsi NFC, Indonesia bahkan bisa tampil terdepan dalam penggunaan teknologi ini.

“Saya pikir Indonesia justru bisa menjadi pemimpin dalam hal ini,” cetus Bob usai konferensi Nokia Connection 2011 di Marina Bay Sands, Selasa (22/6/2011).

“Indonesia sudah menjadi pemimpin di banyak hal, terkait industri telekomunikasi. Contohnya, layanan chat, Indonesia jauh memimpin dibanding negara-negara lain. Begitu juga dengan penetrasi Facebook, ini selalu menjadi pembahasan,” lanjutnya.

“Begitu juga dengan perangkat-perangkat qwerty, untuk lini premium maupun yang terjangkau. Indonesia menjadi pemimpin dalam penjualan perangkat itu. Hal serupa juga berlaku dengan perangkat touch screen, meski bukan pada level iPad melainkan perangkat touch untuk pengguna amatir,” tambah Bob lagi.

Bob menjelaskan Indonesia sebenarnya tidak perlu menunggu negara-negara lain mengadopsi teknologi NFC. Pasalnya, NFC bisa dinikmati oleh setiap individu di rumah mereka masing-masing. 
 
“Anda bisa menggunakan NFC untuk menghubungkan ponsel anda dengan speaker di rumah atau headset Anda untuk memutar musik,” ujar Bob merujuk pada pengaplikasian NFC pada ponsel terbarunya N9.

“Indonesia sudah memiliki segalanya, pasar yang siap, harga yang terjangkau serta dukungan dari operator. Mengingat Indonesia kerap menjadi pemimpin dalam banyak hal yang terjadi di seluruh dunia, bisa jadi negara-negara lain justru akan berbondong-bondong mengadopsi NFC setelah Indonesia melakukannya,” pungkas Bob.
Sebenarnya NFC adalah pengembangan dari teknologi kartu Radio Frequency Identification (RFID). RFID ini memiliki bentuk dan fungsi yang sama seperti kartu ATM bedanya adalah kartu RFID tidak perlu digosok (contactless) sehingga kartu RFID tidak perlu dikeluarkan dari dompet dalam proses pembayaran, pengguna cukup mendekatkan dompetnya ke terminal pembayaran atau disebut reader. Di Indonesia, kartu RFID sudah banyak digunakan, contohnya: e-Toll untuk pembayaran otomatis gerbang tol, gelang (RFID tag, bukan berbentuk kartu) yang digunakan sebagai pengganti tiket di taman-taman hiburan.

Teknologi NFC pada handphone selangkah lebih maju daripada teknologi RFID di mana pada handphone ditanamkan NFC chip yang dapat bertindak sebagai kartu RFID dan juga sebagai reader sekaligus dengan radius jangkauan pendek (kurang dari 10 cm). Teknologi NFC pada handphone betul-betul dapat menggantikan dompet di mana dapat mengeluarkan uang dan juga menerima uang dari dan ke sesama pengguna NFC. Selain untuk pembayaran teknologi NFC dapat digunakan sebagai pengganti KTP, SIM, kartu mahasiswa, dan lain-lain, kartu absen, dan lain-lain.

Direncanakan tahun 2011 ini akan muncul berbagai produk handphone ternama yang dilengkapi teknologi NFC. Produk handphone pertama dengan teknologi NFC yang sudah dipasarkan di Eropa dan Amerika adalah Samsung Nexus S, dilengkai NFC controller chip produk NXP (Philips) yaitu PN544. Philips adalah produsen ternama untuk kartu RFID. Samsung Nexus S menggunakan sistem operasi Android versi Gingerbread yang didukung oleh Google. Google sendiri sudah mempersiapkan berbagai aplikasi untuk teknologi NFC pada handphone.

Google Nexus S merupakan smartphone kedua rancangan Google setelah Nexus One. Ponsel ini telah dilengkapi chip NFC.

Banyak lelucon tentang mesin cetak yang bekerja keras 24 jam penuh untuk memproduksi jumlah uang yang sangat banyak untuk mendanai pengeluaran yang sangat besar. Namun di sisi lain, penggunaan uang tunai secara fisik sedang menurun di seluruh dunia, karena pembayaran non-tunai sedang meningkat popularitasnya. Meskipun menurut para ekonom jumlah uang meningkat, jumlah uang kertas yang disimpan orang di dompet cenderung menurun. Hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah transaksi kartu kredit dan debit di seluruh dunia. Para analis meramalkan bahwa tiga wilayah teratas dalam pembayaran mobile adalah Timur Jauh termasuk Cina, Eropa Barat dan Amerika Serikat, yang secara keseluruhan akan menguasai lebih dari 70 persen pangsa pasar pembayaran mobile dalam basis transaksi kotor di tahun 2013.

School of Electrical Engineering & Informatics, Institut Teknologi Bandung, sedang giat-giatnya melakukan penelitian untuk membangun Sistem Transaksi Menggunakan Mobile Phone dan Teknologi NFC dengan bantuan dana dari Program Insentif, Kementrian Negara Riset dan Teknologi. NFC Research Group pun telah dibentuk. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan sistem transaksi dengan teknologi NFC pada handphone untuk micropayment (pembayaran dengan jumlah kecil, contohnya: angkot, warung, kantin, dan lain-lain) dan macropayment (pembayaran dengan jumlah lebih besar, contohnya: supermarket, minimarket, restoran, berbagai toko, dan lain-lain).

Sistem transaksi ini haruslah sangat aman untuk pengguna, penjual, dan industri keuangan sehingga uang pengguna tidak dapat berkurang/bertambah tidak semestinya; penjual mendapatkan uang pembayarannya yang seharusnya; dan industri keuangan tidak kehilangan uangnya dan tidak harus membayar yang tidak semestinya. Mari sambut kehadiran teknologi NFC untuk kemakmuran bersama.

0 komentar:

Posting Komentar

Pembaca budiman tolong kolom komentarnya diisi ya Tks before (^_^)