Apa arti taman bagi Anda? Apakah akhir-pekan lalu Anda sempat ke taman kota, memanfaatkannya untuk segarkan jiwa dan raga sebelum memulai hari kerja lagi?
Seorang pesepeda, bendahara B2W Jakarta Barat, Andy Fusri, minggu sore lalu menunjukkan suatu harta karun Jakarta kepada saya: Taman Tomang. Sebagian orang menyebutnya Taman Kampung Sawah. Letaknya di pojok barat-daya perempatan Tomang.
Sepertiga taman ini berlantai keras tersusun dari konblok. Mungkin maksudnya untuk parkir kendaraan, tetapi sebagian terbesarnya digunakan untuk main bola oleh anak-anak. Dua pertiganya terdiri dari ruang terbuka hijau dengan alas rumput dan ditanami banyak pohon.
Ada jalur beralas konblok juga untuk pejalan-kaki. Ada juga danau buatan dengan pulau di tengah-tengahnya. Kelihatannya air ini tidak mengalir. Pulau itu lebih tinggi, dan tidak dapat dicapai, karena tidak ada jembatan. Sampah banyak terdapat di air ini. Sedangkan di lapangan rumput relatif sampahnya sedikit, jadi secara umum terkesan bersih.
Seorang ibu berusia 71 tahun merasa senang sekali akhirnya menemukan taman ini, karena anaknya mengajak dia bertemu kami di taman ini. Dia dari Pluit. Selama ini dia cuma tahu ada taman cantik ini, terlihat dari jalan layang, tapi tidak tahu masuknya dari mana.
Andy berkesimpulan bahwa taman ini bisa lebih hidup dan bermanfaat untuk penduduk sekitar, kalau saja disediakan fasilitas yang lebih sesuai dengan kebutuhan spesifik penduduk sekitar. Taman ini memang sulit dicapai oleh penduduk di timur dan utara, karena terhalang oleh jalan layang yang rumit. Tetapi ia dapat dengan mudah dicapai dari selatan dan barat-daya.
Di belakang taman ini masih ada lahan yang belum dibuka. Di dalamnya terdapat aliran Kali Grogol, salah satu sungai penting yang melewati Jakarta. Alangkah baik apabila masyarakat Jakarta dapat menikmati sungai ini.
Dalam kehidupan sehari-hari sebagian besar—kalau kalau tidak semua—penduduk Jakarta jarang sekali—kalau bukan tidak pernah sama sekali—melihat salah satu dari 13 aliran air yang membentuk geografi dan bentang-alam Jakarta. Melalui sungai warga metropolis dapat terhubung kembali dengan alam, membangkitkan kesadarannya tentang ketergantungan kita semua kepada alam, secanggih dan sebeton apapun metropolis kita.
Metropolis ini membludak dengan gagasan para penduduk kelas menengahnya yang sedang tumbuh. Bagaimana ia dapat, bukan saja memenuhi kebutuhannya, tetapi memanfaatkan kemampuan warganya sendiri untuk memperbaiki dirinya? Semoga ini dengan ikhlas dan sungguh-sungguh dipikirkan oleh semua calon gubernur Jakarta 2012, dicarikan strateginya, dan dilaksanakan dengan efektif.
Apakah ada taman yang Anda ketahui layak dinikmati atau pun bermasalah, yang ingin Anda beritahukan kepada sesama warga Jakarta, misalnya? Anda dapat melaporkannya di www.klikjkt.or.id, sebuah website berbagi pengetahuan tentang lokasi berpotensi atau bermasalah untuk semua.
Marco Kusumawijaya adalah arsitek dan urbanis, peneliti dan penulis kota. Dia juga direktur Rujak Center for Urban Studies dan editor Rujak.
Oleh Marco Kusumawijaya
0 komentar:
Posting Komentar
Pembaca budiman tolong kolom komentarnya diisi ya Tks before (^_^)